Tuesday, 27 October 2009

Palang Pintu

PALANG PINTU

Toktoktok…Dodot mengetuk pintu rumah tua itu dengan perlahan, ia tidak ingin membangunkan seisi rumah, ia hanya ingin membangunkan Bagas, sepupunya untuk segera membukakan pintu yang tidak ada kuncinya itu. Pintu itu memang tidak dikunci, hanya dipalang oleh sebilah kayu jati antik peninggalan kakek buyutnya.

Bagas yang tidur di dipan, dengan langkah gontai berjalan menuju pintu untuk mengangkat bilah jati palang pintu dan membukakan pintu untuk sepupunya yang baru tiba dari Jakarta, “Maaf ya gas, aku datang terlambat sebab keretanya terlambat, eyang dah pada tidur khan” celoteh Dodot kepada Bagas yang disambut hanya dengan anggukan kepala. “Tolong tutup palang pintunya ya Dot” ujar Bagas, Dodot membungkuk untuk mengambil palang pintu sepanjang satu meter yang terbuat dari kayu jati dengan ukiran khas Jawa di kedua ujung bilahnya. Dodot terpana saat mengangkat palang pintu yang lumayan berat itu, tapi ia segera tersadar untuk meletakkannya di tempat ia semestinya berada.

Agus, seorang mahasiswa tingkat akhir melompat turun dari bis kuning dan segera berlari menuju gedung utama, sambil berlari ia membuka dompetnya untuk mengeluarkan kartu mahasiswanya agar dapat membuka pintu otomatis. Kampusnya merupakan kampus beken yang sudah dilengkapi dengan pintu otomatis yang hanya bisa dibuka dengan menggunakan kartu mahasiswa yang sudah terotorisasi. Hari ini Agus ada ujian tengah semester dan dia sudah terlambat 3 menit dari jadwal, “Astaga, kartu mahasiswa gw ketinggalan di rumah, gimana caranya supaya gw bisa masuk gedung utama ya???” Agus terkejut dan menyesali keteledorannya. Agus tiba di depan pintu gedung utama dan ia melihat pintu utama ternyata masih terbuka karena diganjal oleh sebuah sandal jepit yang sudah bulukan. Ingin rasanya Agus mencium sandal tersebut karena telah menyelamatkannya dengan membiarkan pintu utama terbuka, tapi ia mengurungkan niatnya karena saking baunya dan kembali berlari ke ruang kelas, ia beruntung soal ujian baru akan dibagikan ketika ia sampai.

“Wuiihhhh…..soalnya gampang sekalee …” seringai Agus sambil mendeprokkan tubuhnya ke lantai dan mengeluarkan notebook merk Kampak dari dalam tasnya. Agus membuka facebooknya dan mulai asyik membaca email yang masuk, tiba-tiba ia teringat bahwa ia ketinggalan handphonenya di ruang kelas. Tas dan notebook ditinggalkan begitu saja karena Agus yakin tidak akan ada orang luar yang mencuri karena pintu masuk sudah dilengkapi dengan kontrol akses otomatis. Handphone tersebut masih tergeletak dengan manisnya dibawah kursi yang ditempatinya selama ujian tadi, disambarnya handphone tersebut dan dimasukkan ke dalam saku celananya sambil berjalan keluar kelas. Betapa terkejutnya Agus ketika ia melihat kalau notebook miliknya sudah tidak ada di tempatnya, yang tersisa hanya tasnya. Dengan panik Agus mencarinya ke seluruh ruangan, tapi sang notebook raib tanpa pesan.

Kabar hilangnya notebook Agus segera menyebar dengan cepatnya laksana api yang menyambar hutan tropis kita di Kalimantan, mengeluarkan asap yang tebal memerihkan mata dan mengganggu pernapasan sampai ke negara tetangga. Demikian pula dengan berita hilangnya notebook Agus sangat memerihkan mata hati dan mengganggu pernapasan. Dodot sebagai seorang petugas keamanan dalam kampus yang bertanggung jawab atas keamanan kampus, dia berusaha keras menyelidiki hilangnya notebook Agus, dan segera melakukan interview dengan Agus serta menyiapkan 10 pertanyaan utama dan 99 pertanyaan selingan.

Tetapi sayangnya Dodot tetap tak bisa menemukan notebook Agus yang hilang, tapi Dodot tahu penyebabnya adalah PINTU YANG DIGANJAL OLEH SANDAL, dan sandal jepit bulukan yang mengganjal pintu tersebut juga tidak diketahui milik siapa.

“Cepat cari pemecahan masalah ini !! dan jangan sampai kejadian ini terulang kembali !” perintah Pak Kumis sang komandan kepada Dodot yang sangat kerepotan mengisi formulir insiden dan tindak lanjut yang akan ditempuhnya, pada kolom tindak lanjut dia menulis PALANG PINTU, entah apa artinya.

Kesokan harinya sebuah palang pintu antik telah menghiasi pintu masuk ruang kuliah dan Dodot berdiri dengan gagahnya di samping pintu tersebut, karena Pak Kumis memuji Dodot dengan solusinya. Ringtone lagu Wali yang berjudul Cari Jodoh, bordering dan Dodot mengangkat hanphonenya tersebut, “Dot, ini Bagas, ada berita buruk nih, rumah kita di kampung, semalam baru aja kemalingan dan radio antikmu raib digondol maling, sebab rumah kita sudah gak ada palang pintunya lagi, dah dulu ya, mahal nih bayarnya” klik, Bagas menghentikan percakapan, sedangkan Dodot masih terpana dan terbengong-bengong membayangkan radio antik kesayangan yang baru saja hilang…..dunia memang tak adil ….dot.


Klausul Keamanan Fisik dan Lingkungan dalam ISO 27001 (Annex A)

No comments:

Post a Comment